Artikel Cinemags Tentang Parts of The Heart

Salinan dari artikel Cinemags :

Mungkin bagi sebagian orang nama Paul Agusta belum terlalu familiar, tapi di jagat film indie ia sudah sangat dikenal dengan karya-karyanya yang cukup idealis. Mengawali karirnya sebagai penulis di The Jakarta Post, Paul kini telah berhasil menelurkan sejumlah film yang dua diantaranya berjudul Kado Hari Jadi (2008) dan  At The Very Bottom of Everything (2010). Dan di tahun 2012 ini Paul telah berhasil menyelesaikan satu lagi film terbarunya berjudul Parts of the Heart. 

Film ketiga yang diproduksi oleh Kinekuma Pictures ini sebenarnya sudah sempat mampir dan diputar pada Festival Film Internasional Rotterdam 2012 (IFFR) di Belanda yang berlangsung pada peiode 25 Januari hingga 5 Februari 2012 lalu. Seperti dua film sebelumnya, Parts of the Heart juga mengangkat tema yang tidak biasa di masyarakat awam negeri ini.

Bercerita teng kehidupan pria bernama Peter, seorang gay dari rentang usia 10 sampai dengan 40 tahun. Guna memvisualkan hal tersebut, Paul membelah filmnya menjadi 8 bagian. Mulai dari sosok Peter yang berusia 10, 15, 18, 24, 28, 32, 36 sampai kepada Peter di usia 40 tahun, yang kesemuanya mengisahkan pengalaman-pengalaman Peter dalam menjalani percintaan hingga mampu membentuk pribadinya yang dewasa.

Dimulai dari saat Peter mulai mengenal cinta Stolen Kiss, ke pengalaman seksual pertamanya di segmen The Game Kiss, pengalaman-pengalamannya dengan berakhirnya cinta karena kematian Solace atau tekanan sosial The Last Time, sampai ke persoalan hubungan dalam relasi jangka panjang 3 and The Couch and the Cat. Semua berpuncak pada momen di mana Peter, beberapa tahun setelah menikah, bermain-main dengan perselingkuhan ketika seorang anak muda tampan mencari perlindungan di kedai kopi miliknya saat hujan, dan membuatnya berpikir ulang tentang arti sebuah komitmen Why Isn’t Peter Happy? “This film is about emotional growth. It’s about how our experiences with love often change the way we look at life and everything in it.” tulis Paul dalam website filmnya.

Untuk filmnya kali ini, Paul punya treatment tersendiri agar film yang dibuatnya bisa berbicara lebih soal kehidupan cinta seorang pria. Pada gambar, Paul yang pernah mengenyam studi  film di Scottsdale Community College membuatnya sangat bervariasi sesuai dengan mood masing-masing cerita dengan pendekatan yang realistis. Paul berujar, “I want the stories to speak for itself, with the visuals serving to highlight the emotions in each segment.”

Di setiap bagian cerita Paul menutupnya dengan dengan sebuah musik yang dibuat berdasarkan pada mood setiap cerita oleh Jeremy Kugan, seorang penyanyi serta penulis lagu asal Malaysia.

Apa yang lahir dari tangan seorang Paul Agusta memang cenderung menjadi sebuah kontroversi, namun itu baik agar dapat memecah kebuntuan tema-tema film Indonesia yang terkesan monoton di jalur mainstream. Dan Parts of the Heart, bisa memberikan gambaran tentang rasa cinta yang lebih universal tanpa menyudutkan pihak-pihak tertentu. Sebab pada dasarnya baik itu hubungan cinta antara laki-laki dengan perempuan, wanita dengan wanita, sekalipun pria dengan pria memiliki persoalan yang sama dan tak jauh berbeda.

Paul berharap apa yang dibuatnya mampu membuka  mata orang dalam melihat sesuatu yang mereka sebut dengan cinta. Parts of the Heart, direncanakan akan diputar bergerilya di pusat-pusat kebudayaan yang ada di Indonesia.

Source : [PAN] http://www.megindo.net/cinemags/filmindonesia/parts-of-the-heart

Leave a comment